Langsung ke konten utama

Yach,,, DKD Sumbar

Cerita ini dibuat saat akhir tahun 2017 lalu, ya baru bisa publish sekarang. 

Selamat malam,,
Hari ini saya berbicara tentang Dewan Kerja Daerah Sumatera Barat. Awal mulanya saya hanya tau Dewan Kerja Daerah sebut saja DKD dari cerita- cerita senior pramuka saat MTsN dan Aliyah. Pada saat kuliah ternyata allah mendekatkan untuk menuju jalan itu. Tahun 2010 saya bergabung di Racana Dang Tuanku  Univesitas Negeri Padang yang itu kemudian menjadi titik pijak perjalanan panjang saya dimulai. Pada tahun 2013 saya diperkenankan menjadi Anggota DKD setelah mengikuti serangkaian seleksi. 2 Tahun menjadi anggota, kemudian saya dipercaya menjadi Ketua pada tahun 2015 sampai 2017. Genap 2 tahun saya memimpin kemudi nahkoda merah ini, banyak suka maupun duka yang dilalui. Hari ini akan menjadi titik balik bagi saya, karena beberapa bulan lagi saya akan selesaikan semua tentang Dewan Kerja Daerah. Dari perjalanan itu ini akan menjadi sebuah catatan sejarah bahwa saya pernah ditempa menjadi pemimpin dan dilema dalam berbagai masalah. Sebelum saya menjadi ketua ada 16 orang sebelum saya yang sudah menjadi pimpinan kemudi nahkoda merah Sumatera Barat sejak dewan kerja daerah itu ada. Semuanya sudah memiliki jalan suksesnya masing-masing. Diantara ada yang saya kenal tapi ada yang hanya temui ceritanya saja. Diantara mereka para senior saya adalah
1.    Azwar Arief
2.    Abdullah
3.    Wahidul Basri
4.    Hafiz
5.    Savera Merita
6.    Syahril Jumanti
7.    Mardalenawati Yulia
8.    Hendra Sarbaini
9.    Yulius
10.   Fifi Septiana
11.   Adek Alimunas
12.   Erizaldi
13.   Hendri Irdanil
14.   Mimi Yarni Lubis
15.   Oki Pringgodani
16.   Seno Sendanu
17.   Zhilal Darma

(Saat menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban DKD Sumbar Pada Musppanitra Daerah 2017)


Dari 17 orang yang menjadi Ketua ada 4 orang Perempuan yang menjadi Ketua pada masanya, menunjukan bahwa perempuan tetap diberi ruang dalam memimpin disumatera barat. Saya yakin mereka semua adalah orang yang pintar, gigih, kuat, sabar dan percaya diri. Sebenarnya masih banyak pertanyaan tentang sejarah DKD Sumbar yang terngiang dipikiran saya, tapi cukup ini dulu. Semoga edisi selanjutnya terjawab. Untuk periode 2017-2022 Ketua DKD Sumbar di amanahkan kepada kak Wahyu Wibisono Ketua Ke-18.

 (Squad DKD Sumbar 2012-2017 Saat Musppanitra Daerah 2017
Kiri-Kanan : Dicky, Novem, Tari, Zhilal, Nining, Wahyu, Ucok)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jae (dulang emas palangki)

"Jae", suatu kata yang tidak aneh lagi di masyarakat palangki. Jae merupakan alat mencari emas yang berbentuk lingkaran seperti kuali terbuat dari kayu. kegiatan penambangan emas dengan mengunakan jae sudah dilakukan semenjak lama. Tidak diketahui pasti sejak kapan orang palangki menggunakan jae,yang jelas sudah berabad-abad silam. "potret seorang anak yang sedang meletakan jae di atas kepala" sudah menjadi kebiasaan bagi anak-anak umur sekolah dasar, setelah pulang sekolah pergi mendulang emas kesungai untuk mendapat uang jajan yang lebih dan membatu orang tua

Sabulan di Rumah

12/06/2018 Selamat Sore,,, Hari ini memasuki hari ke 27 ramadhan 1439 H. Sudah sebulan saya berada dirumah pasca menyelesaikan studi. Banyak yang bertanya-tanya kenapa saya belom juga bekerja, pertanyaan masyarakat yang memang agak sulit dijawab dengan penjelasan singkat. Sudahlah, saya hanya memilih diam dan tersenyum. (Manakiak di Polak Gota = Menyadap Karet di Kebun) Sebenarnya ada banyak tawaran kerja yang datang ataupun melanjutkan studi S2, tapi saat ini saya memilih berhenti sejenak. Kembali mengevaluasi diri dan merencanakan apa yang harus saya saya lakukan. Tidak banyak yang tau selama 8 tahun, ini lah waktu saya paling lama berada dikampung. Saya memilih menghabiskan waktu bersama keluarga sembari memperbincangkan apa yang menjadi tujuan dan rencana hidup saya selanjutnya. Karena sejatinya hidup ini bukan hanya milik kita sendiri tapi adalah milik orang yang mencintai kita. Saat ini bertepatan dengan bulan ramadhan, dimana saya bisa kembali mengupgrade iman.

Cerita di Tanjung Beringin (Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil).

Pada hari kamis tanggal 17 April 2019 saya berangkat meninggalkan ibukota Jakarta menuju Kota Pontianak Kalimantan Barat. Ketika kebanyakan pemuda sebantaran saya sibuk dengan Pemilu 2019, saya bersama 45 orang pemuda lainnya berangkat menuju pelosok sisi terdalamnya Indonesia. Yah, sebut saja kami meninggalkan kemewahan yang menjadi kebutuhan para milenial. Setelah 2 hari di Pontianak, koordinasi dengan Dinsos Kalimantan Barat saya melanjutkan perjalanan menuju Kota Ketapang. Jaraknya hampir mencapai 530 KM. Katanya sih cukup jauh jika ditempuh dengan  jalur darat dan alhasil saya memutuskan menempuh jalur udara. Sesampai di Ketapang saya dijemput oleh Pak Japani Staf Dinsos Ketapang. S elanjutnya diajak kerumahnya. Rumah itu menjadi rumah kedua yang saya tempati di Kalimantan Barat setelah sebelumnya saya menginap dirumah Bu Eka Kasi KAT Dinsos Kalimantan Barat. Sejenak saya merasakan sebuah kehangatan keluarga baru, saya diterima sebagai seorang anak laki-laki yang baru pulang dari