Langsung ke konten utama

Terlambat atau Telat


Padang, 27/06/2018
Selamat Siang,
Hari ini saya berada dikota Padang, Setelah hampir 2 bulan berada dikampung. Alhamdulilah semua berjalan sesuai rencana. Pada kesempatan ini saya akan berbicara tentang terlambat. Kata yang sudah menjadi hal biasa dalam keseharian masyarakat Indonesia. 

Pacu Drum di Palangki

Kenapa ya dengan terlambat? Apa benar ini sudah menjadi budaya? Emang kenapa kalau terlambat?. Banyak pertanyaan yang tentang hal itu. Menurut saya terlambat akan merusak sistem yang sudah direncanakan, akan mengubah seluruh hal baik yang yang menjadi tujuan utama. Contohnya kita mau rapat ni, eh tau-taunya ada yang terlambat dan kita harus menunggu dia. Ya secara otomatis kita akan buang waktu dan selanjutnya akan ada lagi kegiatan yang terganggu akibat terlambat baik itu kelompok atau perorangan.

Kalau orang bilang terlambat itu budaya saya rasa tidak sepakat, tapi  yang ada adalah kita selalu membiasakan memberi penghargaan kepada orang terlambat. Contohnya ni kalo ada orang terlambat ya ditungguin. Seolah merasa yang datang terlambat adalah lebih penting dan itu sebuah penghargaan dari pada yang datang tepat waktu. 

Baik orang tua atau anak muda, mulai dari profesional sampai amatir selalu memberi penghargaan kepada orang terlambat. Contohnya ni saya liat fenomena beberapa NGO atau Instansi besar Profesional (tidak sebut merk)  melakukan open rekruitmen mereka melakukan perpanjangan terhadap open rekruitmen tersebut padahal rekruitmen itu sudah dibuka satu bulan yang lalu. Biasanya alasanya sederhana, yaitu banyaknya antusias peserta yang mendaftar atau memberi kesempatan lebih kepada yang ingin mendaftar. Tapi disisi lain apakah benar demikian? Saya rasa tidak, yang ada justru sebuah penghargaan bagi yang terlambat. Terus bagaimana dengan yang tepat waktu apakah mereka tidak memenuhi standar?, jawab saja sendiri.  Jangan sampai target banyaknya pendaftar akan menghilang esensi awal dari tujuan open rekruitmen.

Yuk lari,,, Jangan Terlambat.

Jadi jangan biasakan terlambat, berusahalah untuk menjadi yang tepat waktu. Kalau menjadi nilai lebih, itu lebih baik. Setidaknya kita tidak membiasakan hal yang buruk. Jangan beri penghargaan kepada orang yang terlambat. okey

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jae (dulang emas palangki)

"Jae", suatu kata yang tidak aneh lagi di masyarakat palangki. Jae merupakan alat mencari emas yang berbentuk lingkaran seperti kuali terbuat dari kayu. kegiatan penambangan emas dengan mengunakan jae sudah dilakukan semenjak lama. Tidak diketahui pasti sejak kapan orang palangki menggunakan jae,yang jelas sudah berabad-abad silam. "potret seorang anak yang sedang meletakan jae di atas kepala" sudah menjadi kebiasaan bagi anak-anak umur sekolah dasar, setelah pulang sekolah pergi mendulang emas kesungai untuk mendapat uang jajan yang lebih dan membatu orang tua

Sabulan di Rumah

12/06/2018 Selamat Sore,,, Hari ini memasuki hari ke 27 ramadhan 1439 H. Sudah sebulan saya berada dirumah pasca menyelesaikan studi. Banyak yang bertanya-tanya kenapa saya belom juga bekerja, pertanyaan masyarakat yang memang agak sulit dijawab dengan penjelasan singkat. Sudahlah, saya hanya memilih diam dan tersenyum. (Manakiak di Polak Gota = Menyadap Karet di Kebun) Sebenarnya ada banyak tawaran kerja yang datang ataupun melanjutkan studi S2, tapi saat ini saya memilih berhenti sejenak. Kembali mengevaluasi diri dan merencanakan apa yang harus saya saya lakukan. Tidak banyak yang tau selama 8 tahun, ini lah waktu saya paling lama berada dikampung. Saya memilih menghabiskan waktu bersama keluarga sembari memperbincangkan apa yang menjadi tujuan dan rencana hidup saya selanjutnya. Karena sejatinya hidup ini bukan hanya milik kita sendiri tapi adalah milik orang yang mencintai kita. Saat ini bertepatan dengan bulan ramadhan, dimana saya bisa kembali mengupgrade iman.

Cerita di Tanjung Beringin (Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil).

Pada hari kamis tanggal 17 April 2019 saya berangkat meninggalkan ibukota Jakarta menuju Kota Pontianak Kalimantan Barat. Ketika kebanyakan pemuda sebantaran saya sibuk dengan Pemilu 2019, saya bersama 45 orang pemuda lainnya berangkat menuju pelosok sisi terdalamnya Indonesia. Yah, sebut saja kami meninggalkan kemewahan yang menjadi kebutuhan para milenial. Setelah 2 hari di Pontianak, koordinasi dengan Dinsos Kalimantan Barat saya melanjutkan perjalanan menuju Kota Ketapang. Jaraknya hampir mencapai 530 KM. Katanya sih cukup jauh jika ditempuh dengan  jalur darat dan alhasil saya memutuskan menempuh jalur udara. Sesampai di Ketapang saya dijemput oleh Pak Japani Staf Dinsos Ketapang. S elanjutnya diajak kerumahnya. Rumah itu menjadi rumah kedua yang saya tempati di Kalimantan Barat setelah sebelumnya saya menginap dirumah Bu Eka Kasi KAT Dinsos Kalimantan Barat. Sejenak saya merasakan sebuah kehangatan keluarga baru, saya diterima sebagai seorang anak laki-laki yang baru pulang dari