Langsung ke konten utama

10% + 90%

Berbicara tentang ukuran sebuah kesuksesan tentu setiap orang memiliki standar hidupnya masing-masing. Kita tidak menyamakan setiap individu dengan diri kita, begitu juga sebaliknya. Melihat fenomena hari ini, tentang  Visi Indonesia 2045 atau tentang mengapai bonus demografi untuk Indonesia Emas. Saya justru teringat tentang kata yang diucapkan teman saya jika 10 % Pemuda hari nantinya sukses tentukan akan sangat membanggakan Indonesia. Saya pun sepakat dengan dia, tapi ada sedikit yang terngiang bagaimana dengan 90% hari ini? apakah mereka akan ikut sukses juga? apakah mereka akan menjadi masalah bagi Indonesia?  

(Anak Sijunjung)

Jawabannya tentu adalah tergantung dengan bagaimana perhatian kita semua terhadap yang 90 % ini. bisa jadi sebuah bumerang bisa juga sebuah keunggulan. Jika Pemerintah atau kita semua menganggap semuanya penting dan mereka harus mendapatkan keadilan maka pemerataan perhatian, kesempatan,dan pembinaan harus dirasakan oleh semua. Pemuda bukan hanya mereka yang sukses dan kemudian berprestasi akan tetapi juga mereka yang hancur dan tidak apa-apa. Saling merangkul adalah cara terbaik untuk mendapatkan bonus demografi itu, karena tidak semuanya pintar, tidak semuanya berprestasi, tak semuanya luarbiasa akan tetapi semuanya pasti akan memberi peran di 2045. Bagaimana menumbuh benih-benih kebaikan pada semua pemuda hari ini, adalah dengan memberikan perhatian yang sama rata dan sama rasa. Jika tidak, kita bisa melihat nantinya bagaimana kekurangan yang 90 % ini akan menutupi kebanggaan pada 10%.

(di KRI Surabaya 591)

Jadilah bagian dari 100% Pemuda.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jae (dulang emas palangki)

"Jae", suatu kata yang tidak aneh lagi di masyarakat palangki. Jae merupakan alat mencari emas yang berbentuk lingkaran seperti kuali terbuat dari kayu. kegiatan penambangan emas dengan mengunakan jae sudah dilakukan semenjak lama. Tidak diketahui pasti sejak kapan orang palangki menggunakan jae,yang jelas sudah berabad-abad silam. "potret seorang anak yang sedang meletakan jae di atas kepala" sudah menjadi kebiasaan bagi anak-anak umur sekolah dasar, setelah pulang sekolah pergi mendulang emas kesungai untuk mendapat uang jajan yang lebih dan membatu orang tua

Sabulan di Rumah

12/06/2018 Selamat Sore,,, Hari ini memasuki hari ke 27 ramadhan 1439 H. Sudah sebulan saya berada dirumah pasca menyelesaikan studi. Banyak yang bertanya-tanya kenapa saya belom juga bekerja, pertanyaan masyarakat yang memang agak sulit dijawab dengan penjelasan singkat. Sudahlah, saya hanya memilih diam dan tersenyum. (Manakiak di Polak Gota = Menyadap Karet di Kebun) Sebenarnya ada banyak tawaran kerja yang datang ataupun melanjutkan studi S2, tapi saat ini saya memilih berhenti sejenak. Kembali mengevaluasi diri dan merencanakan apa yang harus saya saya lakukan. Tidak banyak yang tau selama 8 tahun, ini lah waktu saya paling lama berada dikampung. Saya memilih menghabiskan waktu bersama keluarga sembari memperbincangkan apa yang menjadi tujuan dan rencana hidup saya selanjutnya. Karena sejatinya hidup ini bukan hanya milik kita sendiri tapi adalah milik orang yang mencintai kita. Saat ini bertepatan dengan bulan ramadhan, dimana saya bisa kembali mengupgrade iman.

Cerita di Tanjung Beringin (Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil).

Pada hari kamis tanggal 17 April 2019 saya berangkat meninggalkan ibukota Jakarta menuju Kota Pontianak Kalimantan Barat. Ketika kebanyakan pemuda sebantaran saya sibuk dengan Pemilu 2019, saya bersama 45 orang pemuda lainnya berangkat menuju pelosok sisi terdalamnya Indonesia. Yah, sebut saja kami meninggalkan kemewahan yang menjadi kebutuhan para milenial. Setelah 2 hari di Pontianak, koordinasi dengan Dinsos Kalimantan Barat saya melanjutkan perjalanan menuju Kota Ketapang. Jaraknya hampir mencapai 530 KM. Katanya sih cukup jauh jika ditempuh dengan  jalur darat dan alhasil saya memutuskan menempuh jalur udara. Sesampai di Ketapang saya dijemput oleh Pak Japani Staf Dinsos Ketapang. S elanjutnya diajak kerumahnya. Rumah itu menjadi rumah kedua yang saya tempati di Kalimantan Barat setelah sebelumnya saya menginap dirumah Bu Eka Kasi KAT Dinsos Kalimantan Barat. Sejenak saya merasakan sebuah kehangatan keluarga baru, saya diterima sebagai seorang anak laki-laki yang baru pulang dari